Tanggal Posting: 2022-06-22 07:01:08
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dengan Asosiasi dan Industri Petrokimia siap membangun Politeknik Industri Petrokimia Banten. Upaya ini diambil agar dapat menciptakan sumber daya manusia terampil yang sesuai dengan kebutuhan industri. Selain itu, agar produk industri kimia yang dihasilkan berdaya saing di kancah global. Langkah ini juga merupakan implementasi program Making Indonesia 4,0. Industri kimia merupakan satu dari lima sektor pionir dalam penerapan industri 4.0.
“Langkah strategis tersebut sesuai dengan implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0. Apalagi, industri kimia merupakan satu dari lima sektor yang akan menjadi pionir dalam penerapan industri 4.0 di Tanah Air,” kata Sekretaris Jenderal Kemenperin Haris Munandar di Jakarta, Senin (11/3).
Oleh karenanya, Kemenperin menggandeng beberapa Asosiasi dan Industri Petrokimia tentang pembangunan Politeknik Industri Petrokimia Banten. Perjanjian pembangunan perguruan tinggi ini diteken oleh Sekjen Kemenperin dengan 14 pihak yang mewakili asosiasi dan industri petrokimia.
Ke-14 stakeholder tersebut, meliputi Federasi Industri Kimia Indonesia, INAPLAS, PT Chandra Asri Petrochemical, PT Lotte Chemical Titan Nusantara, PT Nippon Shokubai Indonesia, PT Mitsubishi Chemical Indonesia, PT Polytama Propindo, dan PT Asahimas Chemical. Selanjutnya, PT Trans Pacific Petrochemical Indonesia, PT Trinseo Materials Indonesia, PT Petro Oxo Nusantara, PT Petrokimia Butadiene Indonesia, PT Cabot Indonesia, dan PT Pupuk Indonesia.
Rencananya, pembangunan Politeknik ini akan berdiri di atas lahan seluas dua hektar. Lahan ini merupakan hibah dari PT Chandra Asri di Serang, Banten. Menurut Haris Munandar, politeknik ini merupakan milik bersama demi kemajuan industri petrokimia di Indonesia.
“Penyelenggaraan politeknik ini harus dilakukan secara bersama-sama antara Kemenperin dengan industri, mulai dari penyusunan kurikulum, rekrutmen calon mahasiswa, penyelenggaraan pendidikan, praktik kerja di Industri, hingga penempatan kerja lulusan pada perusahaan industri,” papar Haris.
Kurikulum pendidikan Politeknik Industri Petrokimia mengadopsi konsep pendidikan dual system melalui program Skill For Competitiveness (S4C) yang diadopsi dari Swiss. Kemudian kurikulum akan dimodifikasi dengan konsep 3-2-1 yakni 3 semester belajar di kampus, 2 semester magang di industri, dan semester terakhir mengerjakan proyek inovasi terkait industri petrokimia.
Politeknik ini akan memiliki tiga program studi D3, yakni teknologi proses industri petrokimia, teknologi mesin industri petrokimia, dan teknologi instrumentasi industri petrokimia. Politeknik juga akan dilengkapi dengan workshop dan laboratorium serta teaching factory dengan mesin dan peralatan yang sesuai dengan kondisi di Industri. Dengan begitu, pada saat praktik kerja di Industri, mahasiswa telah memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan yang cukup dan lulusan yang dihasilkan benar-benar siap kerja.